Sabtu, 06 Desember 2008

Kanjeng Bunda Ratu KIdul






ada banyak versi tentang perempuan cantik ini... keragaman versi tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa dia eksis ... siapakah dia sebenarnya???? hayuuu... kita ngobrol bareng!!!!


Kisah Kanjeng Ratu Kidul (Dewi Srengenge)

Di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkawinan tersebut. Maka, bahagialah sang raja.

Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. "Sangat menggelikan. Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku", kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.

Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. "Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya." Sang dukun menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa.

Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. "Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri," kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.

Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung penderitaan..

Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.


Kanjeng Ratu Kidul = Ratna Suwinda

Tersebut dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19), seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.

Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan, dan intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa, dan sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta.

Begitulah dua buah kisah atau legenda mengenai Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan. Versi pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan versi yang kedua terdapat dalam Babad Tanah Jawi. Kedua cerita tersebut memang berbeda, tapi anda jangan bingung. Anda tidak perlu pusing memilih, mana dari keduanya yang paling benar. Cerita-cerita di atas hanyalah sebuah pengantar bagi tulisan selanjutnya.
desireman222
20-08-2006, 05:36 PM
Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton Yogyakarta

Percayakah anda dengan cerita tentang Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan? Sebagian dari anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini. Kebenaran akan cerita Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap menjadi polemik. Tapi terlepas dari polemik tersebut, ada sebuah fenomena yang nyata, bahwa mitos Ratu Kidul memang memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton Yogyakarta. Hubungan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Keraton Yogyakarta paling tidak tercantum dalam Babad Tanah Jawi (cerita tentang kanjeng Ratu Kidul di atas, versi kedua). Hubungan seperti apa yang terjalin di antara keduanya?


Sebagai sebuah hubungan komunikasi timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa mempunyai kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka penggunaan simbol pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan makhluk halus, maka Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti penguasa Gunung Merapi, penguasa Gunung Lawu, Kayangan nDelpin, dan Laut Selatan. Penguasa Laut Selatan inilah yang oleh orang Jawa disebut Kanjeng Ratu Kidul. Keempat penguasa tersebut mengitari Kesultanan Yogyakarta. Dan untuk mencapai keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus mengadakan komunikasi dengan "makhluk-makhluk halus" tersebut.

Menurut Twikromo, bagi raja Jawa berkomunikasi dengan Ratu Kidul adalah sebagai salah satu kekuatan batin dalam mengelola negara. Sebagai kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata), Kanjeng Ratu Kidul harus dimintai restu dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan keselamatan dan ketenteraman.

Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ini diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono, menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta.
Kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang yang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul.

Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena "diambil" oleh sang Ratu.

Selain Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka, Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta) memiliki leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan.
Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ternyata juga meluas sampai ke daerah Jawa Barat. Anda pasti pernah mendengar, bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 308) di lantai atas Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, yang disajikan khusus untuk Ratu Kidul. Siapapun yang ingin bertemu dengan sang Ratu, bisa masuk ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara yang menyajikan persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini adalah salah satu simbol 'gaib' yang dipakai oleh mantan presiden Soekarno.

Sampai sekarang, di masa yang sangat modern ini, legenda Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan, adalah legenda yang paling spektakuler. Bahkan ketika anda membaca kisah ini, banyak orang dari Indonesia atau negara lain mengakui bahwa mereka telah bertemu ratu peri yang cantik mengenakan pakaian tradisional Jawa. Salah satu orang yang dikabarkan juga pernah menyaksikan secara langsung wujud sang Ratu adalah sang maestro pelukis Indonesia, (almarhum) Affandi. Pengalamannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah lukisan.


Versi laen ttg Ratu Kidul

legenda bernuansa mistik mengenal tokoh Kanjeng Ratu Kidul sebagai penguasa pantai selatan, dan orang juga mengenal tokoh sakti zaman Majapahit yang bergelar Ki Hajar Cemara. Konon, dua tokoh itu sama, nama satu orang.

Keberadaan ratu cantik bertubuh seksi yang konon merupakan isteri para raja Jawa dari masa ke masa, memiliki kesaktian teramat tinggi.

Setidaknya, legenda dan juga termaktub dalam Babad Tanah Jawi menyatakan, Kanjeng Ratu Kidul menikah dengan Panembahan Senopati dan semua keturunannya.

Sebagai bukti bahwa kerajaan yang masih ada dan para rajanya selalu minta bantuan Ratu Kidul saat menemui kesulitan, salah satunya adalah keberadaan menara di timur Keraton Surakarta yang menjadi tempat pertemuan Ratu Kidul dengan suami yang disebut Panggung Sangga Buwana.

Bila dirunut, Ratu Kidul sebenarnya puteri dari Kerajaan Pajajaran yang terpaksa meninggalkan istana karena dipaksa menikah dengan lelaki yang tidak dicintainya. Supaya tidak ada yang mengenali, terutama aman dari kejaran suruhan ayahhandanya, puteri yang sakti itu menyamar menjadi lelaki dengan gelar Ki Hajar Cemara dan melakukan tapa di kawasan pantai selatan.

Ki Hajar Cemara yang sakti itu mampu memerintah lelembut seluruh Pulau Jawa. Kesaktiannya terdengar di telingan Raden Sesuruh yang pernah dikalahkan Prabu Ciung Wanara. Maka ia mencarinya untuk nantang duel. Pangeran kalah. Tapi Ki Hajar Cemara dengan kepekaan batinnya tahu bahwa, Raden Sesuruh akan menjadi raja Jawa.

Hubungan mereka makin dekat, Hajar Cemara pun tak dapat terus menyamar karena ternyata jatuh cinta kepada tawanannya. Ratu Kidul lantas memerintahkan Raden Sesuruh untuk membangun kerajaan yang kemudian terkenal dengan nama Majapahit. Sedang Ratu Kidul akhirnya memilih mendirikan istana di dasar laut selatan dengan kawula terdiri atas bangsa lelembut.

Dengan konsep seperti itu nyata bahwa, tokoh kondang yang bergelar Ki Hajar Cemara yang dianggap sebagai pesaing Kanjeng Ratu Kidul atau ada yang menganggap bahwa tokoh itulah satu-satunya orang sakti yang mampu mengalahkan Ratu Kidul adalah keliru. Sebab, Ki Hajar Cemara adalah Kanjeng Ratu Kidul dalam bentuk penyamaran. ;)

3 komentar:

alvatarz mengatakan...

PERNYATAAN NYI RORO KIDUL, DEWA BRAHMANA, DEWA WISHNU,
DEWI KWAN-IM, DEWI KALI DAN SELURUH DEWA DEWI
Banyak hal yang telah dilakukan oleh ribuan dukun (Paranormal), Kyai, Pendeta2, dan Tokoh agama sesat lainnya yang bersekutu dengan setan hanya untuk menghalangi kebangkitan Nyi Roro Kidul. Namun Kamu semua telah Gagal Total.Usaha yang dilakukan manusia iblis tersebut adalah :
1. Menyebar kisah jelek bahwa nyi roro Kidul
tangan kanan Lucifer, santet, susuk, kawin
dgn sultan2, Kekuasaan, harta dsb.
2. Mengadakan Upacara Penutupan Batu Hobon thn
1986 yang merupakan Kuburan Ayah dan
Saudara Nyi roro kidul yaitu raja Tea-Tea
Bulan, Raja Huti, Saribu Raja dll. Mereka
membuat Batu Hobon Kotor dan Bau busuk
dengan memecahkan puluhan ribu telor dan
menyiramnya dengan jeruk purut. Coba Kepala
Kalian aja yang dilempar kotoran itu.
3. Melakukan Upacara thn 1987 di pantai
selatan untuk menghancurkan istana Nyi Roro
Kidul.... Dasar kalian manusia hina dan
bodoh..Bocah-bocah edan... Baru belajar
ilmu mau menantang saya...........
4. Dengan disokong Susilo Bambang Yudhoyono
Melakukan lagi upacara penghinaan di Taman
Mini Jakarta dengan dalili Kebudayaan.
Tujuan Sebenarnya Memancing Agar Saya
Keluar untuk di bunuh.

Sadarlah Manusia-Manusia Sesat. Sekuat apapun upaya kalian mencari dan membunuh Saya, pasti gagal. Karena semua yang dinubuatkan Tuhan Pencipta Alam tidak dapat digagalkan oleh apapun. Kebangkitan Ratu Pantai Selatan, bersama orang-orang niniwe telah terjadi.

Kamu Semua Manusia sadarlah Kembalilah ke jalan Tuhan. Jangan percaya hal2 gaib dukun-dukun dsb. terutama yang berada didunia keagamaan, apalagi mengaku-aku Roh kudus atau apapun namanya. Itu semua Iblis Penipu.

Percaya aja ama hati kamu yang bersih dan tulus dan Tuhan Sang Pencipta. CUKUP

Saya tegaskan.
Tidak ada Roh Kudus yang bisa turun ke bumi tanpa sesizin saya.

Jadi Semua Roh yang selama ini kesurupan dan mengaku aku raja huti, tea tea bulan, saribu raja, Roro Kidul, Dewa Wishnu, Dewi Kwan-In dll atau mengaku-aku leluruh kamu baik suku batak, jawa, China, India, Barat, dsb adalah Iblis Penipu.

Salam Hormat Saya Pada Semua Umat Beragama.

Semua Agama Itu sama. Semuanya berasal dari sang pencipta. Jadi berdamailah. Jangan Sekali-kali Kamu merasa agama kamu yang paling benar. Agama yang kamu anut benar, tapi kamu manusia yang salah menjalankan karena mudah terpengaruh hal-hal ajaib atau gaib yang semata-mata permainan setan yang telah menguasai seluruh sisi kehidupan manusia.

Tugas dan janji saya untuk menyatakan kebenaran sang pencipta. Selanjutnya terserah Kamu manusia memilih jalanmu sampai hari penghakiman kami tetapkan.

jesz mengatakan...

Cerita rakyat tersebut sangat menarik, bagaimana kalau dilihat dari perspektif sejarah?

jesz mengatakan...

Cerita rakyat Nyi Roro Kidul memang menarik, selain merupakan dari sosio-budaya masyarakat Jawa itu sendiri juga merupakan bentuk legitimasi terhadap suatu unsur-unsur cultural. yang menjadi pertanyaan di sini hanyalah bagaiman kita bisa menjelaskan Nyi Roro Kidul dari sisi sejarah, karena cerita rakyat dalam sejarah hanyalah sebagai pendukung bukan data real.dari cerita yang saya baca dari blog ini, ada kejanggalan yang unik, yaitu tentang dua buah kerajaan yaitu Majapahit dan Pajajaran.dalam cerita tersebut dikatakan bahwa Nyi Roro Kidul yang sebenarnya putri raja Pajajaran menyuruh seseorang yang telah dikalahkannya dalam sebuah pertarungan untuk mendirikan sebuah kerajaan yang kemudian dinamakan Majapahit. Yang menjadi pertanyaan adalah tidakkah ganjil kiranya jika menyebut (dalam tanda petik scara tidak langsung dari cerita tersebut) Majapahit kemudian berdiri setelah Pajajaran, atau jika memang demikian, paling tidak disebutkan nama dari raja Pajajaran yang menjadi ayah dari Kanjeng Ratu. Saya hanya ingin memberi gambaran dari perspektif saya sendiri. dalam cerita rakyat lainnya disebutkan Nyi Roro Kidul merupakan titisan dari Putri Kadita yang tidak lain adalah putri dari raja Pajajaran bernama Sri Baduga prabu Mundingwangi. Yang menjadi menarik adalah bagaimana kemudian cerita tersebut kita hubungkan dengan cerita lainnya. Dalam Kitab Negarakertagama yang kemudian dijadikan sebagai acuan sejarah dan penelusuran-penelusuran lainnyam memang disebutkan pernah terjadi perseturuan antara Majapahit dan Pajajaran yang kemudian berakhir dengan tewasnya seorang putri raja Pajajaran Sri Baduga Maharaja Pakuan Pajajaran bernama Sriprameswari Dyah Pitaloka, atau yang dikenal putri Citraresmi, tewasnya putri tersebut tidak lain adalah akibat kegagalan politik penaklukkan Gajah Mada dengan membuat perjodohan antara Hayam Wuruk, raja Majapahit dengan Pitaloka dari Pajajaran. peristiwa tersebut dikenal dengan nama peristiwa Bubat, dimana Gajah Mada menolak permintaan Prabu Maharaja Pajajaran agar Hayam Wuruk menjemput langsung putri Pitaloka di desa Bubat (sekarang diperkirakan di Jawa Tengah), sehingga terjadilah peperangan antara keduanya pada saat itu juga. sejak peristiwa tersebut, kerajaan Pajajaran hingga akhir kejayaannya tetap menjadi sebuah kerajaan yang berdiri sendiri, sedangkan Majapahit sepeninggal Gajah Mada dan Hayam Wuruk, dilanda berbagai pemberontakan serta perang saudara, yang paling dikenal adalah perang paregreg, yaitu pemberontakan Bhre Wirabhumi yang kemudian dalam cerita rakyat Jawa Timur 'Damarwulan' secara tidak langsung disebut dengan nama Menak Jingga, sedangkan Kanjeng Ratu Kencanawungu (mungkin dalam sejarah adalah Suhita, satu-satunya raja wanita Majapahit yang memerintah paling lama), dan Damarwulan sendiri diasumsikan sebagai Bhre Brawijaya. dari penjelasan di atas kita dapat menghubungkan antara berbagai versi cerita rakyat termasuk menghubungkannya dengan versi sejarah yang berdasarkan pada data-data serta peninggalan sejarah itu sendiri, akan tetapi kebenarannya perlu kita teliti bersama-sama, karena hal tersebut sangat sukar untuk dilakukan. Apakah ada kemungkinan Kanjeng ratu Kidul merupakan jelmaan dari Pitaloka?...karena cerita rakyat bisa dikategorikan dalam sejarah lisan yang sudah barang tentu selalu berbubah-ubah penceriteraannya (faktor dinamis dari budaya). SEKIAN DARI SAYA, TRIMA KASIH..