Jumat, 30 Januari 2009

aku dan kesedihanku

aku adalah kata ramah yang diucapkan berulang-ulang oleh suara alam; aku adalah bintang yang jatuh dari langit biru ke permadani hijau dan Aku adalah putera dari segala musim. di waktu fajar aku menyatu dengan bayu untuk bersama-sama mengirimkan berita bahwa tibanya cahaya. dan di waktu senja aku bergabung bersama burung-burung yang akan mengumumkan telah pamitnya cahaya.

aku adalah hadiah dari sang kekasih, aku menjadi penyemarak pada saat yang membahagia. dan kini, aku adalah hadiah terakhir dari yang masih hidup…….. kepada yang telah pergi. aku kini menjadi harapan terakhir dari yang masih tersisa.

aku adalah sebagian dari sukacita dan juga sebagian dari dukacita. akan tetapi, aku selalu melihat keatas agar melihat cahaya selalu, melulu. aku sering sekali mendengar suara burung-burung berkicau dengan lantang mengungkapkan segala kesedihannya. aku sering sekali melihat di menanngis karena kesedihannya sehingga ikut bangkitlah kesedihannku. seringkali tangisnya membuatku terjaga dan sering juga tangisku yang membuatnya terjaga. sungguh, kadang kala dia mengeluhkan segala kesedihannya namun sayang aku tidak dapat memahami keluhan-keluhannya sama ketika aku mengeluh diapun tak dapat memahami keluhanku. namun, ada satu bahasa yang sama yang menjadikan aku sangat akrab dengannya, kesedihan dan kerinduan.

betapa dekatnya jaraku dengan berbagai macam kesedihan dan ketika aku panggil kesabaran dan dukacita setelah hadirnya kesedihan maka dukacitalah yang -dengan taatnya- lebih dulu menghampiri panggilanku sedangkan kesabaran berjalan lamban seolah enggan memenuhi panggilanku.



aku adalah kata ramah yang diucapkan berulang-ulang oleh suara alam; aku adalah bintang yang jatuh dari langit biru ke permadani hijau dan Aku adalah putera dari segala musim. di waktu fajar aku menyatu dengan bayu untuk bersama-sama mengirimkan berita bahwa tibanya cahaya. dan di waktu senja aku bergabung bersama burung-burung yang akan mengumumkan telah pamitnya cahaya.

aku adalah hadiah dari sang kekasih, aku menjadi penyemarak pada saat yang membahagia. dan kini, aku adalah hadiah terakhir dari yang masih hidup…….. kepada yang telah pergi. aku kini menjadi harapan terakhir dari yang masih tersisa.

aku adalah sebagian dari sukacita dan juga sebagian dari dukacita. akan tetapi, aku selalu melihat keatas agar melihat cahaya selalu, melulu.
saudaraku,
aku sering sekali mendengar suara burung-burung berkicau dengan lantang mengungkapkan segala kesedihannya. aku sering sekali melihat di menanngis karena kesedihannya sehingga ikut bangkitlah kesedihannku. seringkali tangisnya membuatku terjaga dan sering juga tangisku yang membuatnya terjaga. sungguh, kadang kala dia mengeluhkan segala kesedihannya namun sayang aku tidak dapat memahami keluhan-keluhannya sama ketika aku mengeluh diapun tak dapat memahami keluhanku. namun, ada satu bahasa yang sama yang menjadikan aku sangat akrab dengannya, kesedihan dan kerinduan.

kawan,
betapa dekatnya jaraku dengan berbagai macam kesedihan dan ketika aku panggil kesabaran dan dukacita setelah hadirnya kesedihan maka dukacitalah yang -dengan taatnya- lebih dulu menghampiri panggilanku sedangkan kesabaran berjalan lamban seolah enggan memenuhi panggilanku.

Jumat, 02 Januari 2009