Kamis, 13 November 2008

Sebuah Keinginan yang Tak Akan Pernah Dikabulkan


Kala hari yang terang digantikan oleh malam yang gelap, kala hujan yang suram tiba menggantikan sinar matahari yang abadi, dan saat langit gelap menutupi kilauan cahaya bintang-bintang yang lembut, bernafaslah aku dalam sebuah ruangan redup. Menghabiskan tiap detik demi sebuah keinginan yang aku tahu tak akan pernah dikabulkan oleh siapa pun.
Hanya sebuah keinginan yang mungkin bagi dunia yang kelam ini tiada artinya. Aku hanya ingin tetap dapat menggenggam pena hitamku dan menggoreskanya dengan lembut di atas sebuah secarik kertas. Aku hanya ingin terus merangkai kata demi kata tanpa mengenal kata henti. Aku hanya ingin terus terbang melayang di ujung luar angkasa tertinggi dan menyelamkan jiwaku yang tak berarti ini ke dalam ujung samudra terdalam yang ada. Hanya itu, satu-satunya yang paling aku inginkan.
Oh, matahari yang agung maukah engkau mendengarkan permohonanku ini? Wahai rembulan yang selalu bersinar dengan lembutnya di dalam kegelapan mencekat maukah engkau menjawab permintaanku? Dan waktu, maukah engkau mengabulkan sebuah permohonanku yang tak berharga ini?
Wahai waktu yang mengalir tiada henti bagai aliran air sungai yang terus mengalir abadi, maukah engkau menghentikan aliranmu yang maha indah itu sedetik saja untukku? Duhai matahari yang maha agung, sudikah engkau terus bersinar dengan cahayamu yang luar biasa dahsyat itu demi satu-satunya permohonanku ini? Sudikah engkau terus menyinari ruanganku yang gelap itu? Sudikah engkau membiarkanku merangkai kata demi kata dengan pena tuaku? Dan rembulan yang maha indah, maukah engkau menemaniku dengan cahayamu yang lembut itu?
Walau pun aku tahu semua itu tidak pernah akan dikabulkan sedetik pun. Tapi demi seluruh nafas-nafas yang pernah berhembus di dunia ini, waktu yang agung biarkanlah aku terus menyelam dalam dunia imajinasi terdalam dan biarkanlah aku terbang dalam awan-awan tertinggi yang pernah ada dalam dunia imajinasi. Biarkanlah aku sampai darahku yang kental ini berhenti mengalir di dunia ini dan nafasku yang renta ini berhenti menghembus di udara.

Tidak ada komentar: