Jumat, 29 Agustus 2008

Mari Bangkit Para Pengangguran


Oleh : Sasmito Anggoro


Se-abad sudah hari kebangitan nasional (harkitnas) dan tiap tahunnya berbagai model perayaan, penghayatan dilakukan warga negeri ini. Namun satu hal yakni pengangguran makin menggila dan masih belum beranjak dari keterpurukan.

Masalah pengangguran nampaknya tidak bisa lepas dari kehidupan kita, tiap tahun akan memungkinkan jumlah pencari pekerjaan tersebut kian banyak.

Secara otomatis akan menimbulkan jumlah persaingan dalam mendapatkan pekerjaan akan bertambah pula. Jumlah lulusan pendidikan tiap tahun yang bertambah, sebentar lagi akan terjadi lagi, akan menimbulkan persoalan baru dalam dunia ketenagakerjaan. Artinya jumlag pengangguran atau jumlah pencari kerja dapat dipastikan bertambah.

Dengan beban yang berat dalam solusi ketenagakerjaan tersebut, tanggung jawab tidak dapat sepenuhnya kita diserahkan kepada pemerintah. Sehebat apa pun pemerintahan, jika persoalan sudah sedemikian parah, penyelesaiannya juga akan memakan waktu yang tidak sebentar.

Sehingga dengan memakan waktu lama, selama itu pula jumlah pengangguran akan semakin bertambah.Namun akan lebih bijaksana jika kita, tidak menyalahkan kepada siapa pun jika lapangan pekerjaan saat ini begitu terbatas dan tidak sebanding dengan tenaga kerja yang harus diserap. Jika hanya berpikir untuk menyerahkan tanggung jawab ini kepada orang lain, masalah tidak akan pernah selesai.

Dan masing-masing pihak akan saling melemparkan tanggung jawab ke pihak yang lain. Jadi, mengapa tidak berpikir bahwa kita sendiri harus ikut mengambil peran dalam tanggung jawab tersebut ? Dan tidak hanya menjadi komentator saja.

Peran yang dimaksud adalah cara kita dalam mengambil tanggung jawab dalam mengurangi pengangguran dengan tidak ikut dalam mencari pekerjaan. Dengan demikian setidak – tidaknya jumlah pengangguran dapat berkurang satu orang, apalagi kita dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk satu orang lagi, tingkat persaingan dalam mencari pekerjaan akan berkurang. Maka paling tidak untuk diri sendiri, kita sudah dapat memecahkan atau menemukan solusi masalah pengangguran.

Mungkin yang menjadi kendala dalam menciptakan lapangan pekerjaan meskipun untuk diri kita sendiri adalah bukan persoalan mudah. Menjadi wirausahawan bagai dua sisi mata uang, wirausahawan peluang untuk berkembang yang cukup besar dan sisi lain, risikonya kebangkrutan juga tidak kecil. Sangat jelas menjadi wirausaha (enterpreneur) lebih sulit dari pada mencari pekerja.

Sehingga para pencari pekerja tersebut tidak kesemuanya akan dapat melakukan hal ini (mendirikan wirausaha), sehingga tidak semata – mata pengangguran yang tidak dapat menjadi wirausaha dapat disalahkan begitu saja. Karena banyak hal yang harus dipecahkan untuk menjadi wirausahawan diantaranya jenis usaha yang akan dikerjakan, modal, tempat walaupun kesemuanya tersebut tidak meski menghabiskan dana besar, namun akan menjadi sebuah tantangan yang cukup besar untuk merealisasikanya.

Jika kita memilih untuk menjadi kontestan perebutan lapangan kerja, juga bukan hal yang mudah pula. Karena dalam dunia pencari kerja juga penuh dengan persaingan. Dapat kita pahami persainganya mulai dari tahap kapasitas SDM yang relatif hampir salam dengan pelamar lain, hingga persoalan non teknis lain serta minimnya lapangan pekerjaan yang ada dengan diperebutkan pencari kerja yang tidak sedikit pula.

Kembali, jika ingin menjadi seorang wirausaha ada hal yang harus kita tentukan terlebih dahulu, apakah kita cukup berani untuk memilih jalan menjadi enterpreneur? Dan melewatkan beberapa ketakutan yang ada.

Untuk memulai menjadi wirausaha biasanya kita memenuhi tiga ketakutan.

Ketakutan yang pertama adalah takut rugi. Memang usaha apa pun akan selalu berisiko untuk rugi tetapi juga berpeluang untuk untung. Dalam dunia kerja pun kita juga menemui berpeluang untuk diberhentikan. Karena untuk memulai sebuah usaha dimungkinkan akan mengalami beberapa ketakutan – ketakutan yang memerlukan solusi agar menjadi wirausahawan.

Ketakutan Pertama adalah takut rugi. Sangat dimungkinkan dalan dunia usaha apapun berkungkinan mengalami kerugian, tetapi juga berkemungkinan akan mengalami keuntungan yang besar. Dalam dunia mencari pekerjaan juga akan mengalami hal yang relatif sama, mengalami ditolak bekerja, dan jika sudah bekerja akan berkemungkinan pula mengalami perhentian hubungan kerja (PHK) atau lebih ekstrim dipecat.

Ketakutan yang kedua adalah takut terhadap ketidakpastian terutama tentang pendapatan penghasilan. Seperti yang sudah yang sudah disebutkan diatas, dalam dunia usaha akan mengalami untung maupun rugi. Namun dalam dunia kerja pun terdapat ketidak pastian, yakni kondisi perusahaan yang tidak dapat dipastikan selalu sehat.

Berikutnya adalah takut mencoba. takut mencoba dapat disamakan dengan takut berenang. Jika kita tidak pernah melakukan aktifitas berenang mungkin kita hanya tahu teori dan belum tahu hal – hal yang ditemui dalam praktek tersebut menjadi sebuah pelajaran untuk memperbaiki dalam berenang kita berikutnya agar tidak tenggelam. Dan tekat serta semangat merupakan hal yang cukup penting dalam setiap melakukan sebuah pekerjaan. Karena didalamnya trdapat sebuah motifator, sugesti yang dapat membuat segala yang kita inginkan berkemungkinan tercapai.

Demikian halnya dengan menjadi wirausahawan. Kita dapat belajar teknik menjadi wirausaha sangat terbuka lebar, mulai dari jumlah buku tentang menjadi wirausaha juga sudah sangat melimpah dan tidak sulit untuk ditemukan. Selain itu kita dapat belajar dari pengusaha yang sudah memiliki pendapat yang memadahi atau sudah berhasil.

Tetapi, jika kita hanya tahu teori dan tidak pernah mencoba memulai usaha, kita akan menjadi wirausahawan dalam mimpi. Memang dalam usaha adanya persaingan, jumlah pendapatan masyarakat yang turun, daya beli masyarakat juga mulai turun. Namun ada hal yang tidak berpengaruh, yakni adanya tingkat kebutuhan masyarakat yang tidak dipengaruhi ruang dan waktu. Dan hal itu adalah dasar dari peluang mendirikan sebuah usaha.

Hal berikutnya adalah kita memilih jenis usaha yang akan kita geluti. Berpikir dari kebutuhan masyarakat secara umum, tentunya akan mendapat persaingan yang cukup besar, disamping jumlah pengusaha yang sudah mengisi dalam usaha tersebut, juga faktor pemain lama akan lebih menguasai pasar dari pada pemain baru menjadi tantangan yang tidak mudah dalam memulai usaha.

Misalnya, dengan usaha penjualan pulsa, walaupun jumlah pengguna telepon selular semakin bertambah tetapi jumlah pengusaha dalam bidang tersebut sudah cukup banyak. Selain itu wilayah sebaran atau wilayah pangsa pasar akan semakin sempit dengan bertambahnya pengusaha dengan jenis yang sama.

Maka kita harus berfikir kebutuhan masyarakat yang belum digarap atau masih sedikit dilakukan oleh para pengusaha yang sudah ada. Karena sepinya pemain dalam bidang yang belum ada dipengaruhi beberapa faktor atau alasan – alasan yang menjadi kendala besarnya. Diantaranya kehalian untuk melakukan bidang tersebut.

Sehingga kita mulai dari hal yang dapat kita kuasai, atau ilmu apa yang kita kuasai, dari hal – hal yang bersifat umum hingga khusus. Namun jika melakukan atau mendirikan usaha dari kemampuan kita yang sudah banyak dimiliki oleh khalayak masyarakat, maka dapat dipastikan akan mendapat persaingan yang cukup besar. Namun jika kita mulai dari kemampuan spesifik atau sedikit dimiliki oleh masyarakat umum akan mendapat persaingan yang cukup kecil pula paling tidak persaingan dapat lebih ringan. Dan hal tersebut dapat menjadi peluang untuk membesarkan usaha kita untuk menjadi pengusaha sukses.

Kembali ke masalah ketenagakerjaan, jika kita ikut memperebutkan kursi lapangan pekerjaan, sebenarnya kita ikut menjadi beban masalah ketenagakerjaan. Akan tetapi, jika kita berusaha untuk menciptakan lapangan kerja, minimal untuk diri kita sendiri sebenarnya kita sudah ikut menjadi solusi. Salah satu indikator penyebab pengangguran masih tinggi, mungkin banyak di antara kita yang lebih senang menjadi beban dari pada menjadi solusi.

Tidak ada komentar: